Selamat membaca

Selasa, 17 November 2009

Sebagian Jalan Jenderal Sudirman Tanpa Marka Jalan


Sudah satu bulan lebih pengaspalan Jalan Jenderal Sudirman. Kini, jalur lambat jalan nasional selepas dari Jembatan Semanggi hingga depan Hotel Sahid Jaya mulus.

Tidak ada lagi jalan tidak rata dari mulai halte busway Benhil hingga halte busway Karet.

Para pengendara roda dua maupun roda empat bisa tancap gas, bila Jalan Jenderal Sudirman itu tidak macet.

Hampir setiap hari saya melintas di jalan tersebut ketika akan menuju ke tempat kerja. Saya merasa ada yang hilang dengan di jalan jalur lambat itu, yakni marka jalan.

Selepas dari jembatan semanggi hingga depan Hotel Sahid Jaya marka jalan kini lenyap. Tidak ada garis putih lagi di tengah jalan. Meski ada hanya beberapa meter setelah halte busway Karet—itu karena tidak tersentuh dengan pengaspalan.

Memang sejak perbaikan jalan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman marka jalan tertutup aspal. Pertanyaannya, kenapa hingga satu bulan lebih marka jalan juga belum ada.

Seakan-akan tidak koordinasi antara pihak yang mengerjakan pengaspalan jalan dan Dinas Perhubungan yang bertanggung jawab atas marka jalan.

Padahal, marka jalan itu diatur oleh undang-undang. Seharusnya bertindak cepat untuk kembali membuat marka jalan yang hilang.

Sebab, membuat marka jalan itu bukan tiba-tiba karena proyek pengaspalan jalan juga tidak tiba-tiba, tetapi sudah direncanakan dan dianggarkan terlebih dahulu.

Jalan nasional, seperti Jalan Jenderal Sudirman tanpa marka jalan, sangat memalukan.

Bagaimana bisa jalan nasional yang dilintasi oleh tamu negara, wisatawan asing tanpa marka jalan. Selain itu, jalan tanpa marka jalan sangat rawan kecelakaan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar